Heboh! Zulkifli Hasan Turun Langsung, Panggul Karung Beras di Lokasi Banjir, Netizen Geram!

Beberapa hari pasca-banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera pada akhir November 2025, publik dihebohkan oleh video Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) sekaligus Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, yang terlihat memanggul karung beras secara langsung di lokasi terdampak. Video ini viral di media sosial, memunculkan dua reaksi berbeda: pujian atas kepeduliannya, sekaligus kritik keras yang menuding aksi itu sekadar pencitraan politik.

Pada Minggu, 30 November 2025, Zulhas terlihat di Lubuk Minturun, Kota Padang, Sumatera Barat — salah satu wilayah yang terdampak banjir bandang. Dari video yang diunggah di berbagai platform media sosial, ia tampak membawa karung beras dan turut membantu distribusi bantuan logistik. Aksi ini menjadi sorotan karena jarang terlihat pejabat tinggi turun langsung memegang logistik dalam situasi darurat.

Menurut pihak PAN dan tim yang mendampingi, tindakan Zulhas bukanlah settingan atau rekayasa. Ketua Himpunan Masyarakat Nusantara (Hasrat), Sugiyanto, menegaskan bahwa aksi itu muncul dari empati spontan untuk membantu korban bencana. “Ini bukan pencitraan, melainkan respon cepat terhadap kondisi darurat di lapangan,” ujarnya.

Reaksi masyarakat terbagi. Sebagian warga dan pendukung menilai langkah Zulhas sebagai wujud nyata komitmen pemerintah hadir di tengah bencana. Mereka menyoroti bahwa pejabat biasanya hanya datang untuk foto, kemudian meninggalkan lokasi. Sebaliknya, sejumlah netizen skeptis. Banyak komentar di media sosial menuding tindakan memanggul karung beras sebagai strategi pencitraan, terutama karena isu kebakaran hutan, deforestasi, dan bencana lingkungan sebelumnya kerap dikaitkan dengan pemerintah. Tuduhan ini membuat perdebatan di kolom komentar menjadi ramai dan memanas.

Pengamat politik dan tokoh yang bergerak di bidang kemanusiaan meminta publik untuk cermat sebelum melabeli tindakan seperti itu sebagai pencitraan. Menurut mereka, dalam situasi darurat, mobilitas dan tindakan nyata bisa muncul spontan tanpa persiapan khusus, sehingga sulit menilai motif secara sepihak.

Konteks logistik juga menjadi faktor penting. Menurut Zulhas, stok beras nasional pada 2025 berada dalam posisi surplus, bahkan pemerintah menargetkan agar impor beras dapat dihentikan sepenuhnya. Penyaluran bantuan pangan ke wilayah terdampak dilakukan secara intensif; Zulhas memerintahkan agar distribusi beras ke daerah bencana dilakukan dua kali lipat dari biasanya untuk memastikan ketersediaan logistik, meskipun kondisi transportasi terganggu akibat banjir dan longsor.

Selain itu, pemerintah melalui kementerian terkait juga telah melakukan koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan organisasi kemanusiaan setempat untuk memastikan setiap bantuan tepat sasaran. Kehadiran Zulhas dengan karung beras di tangan dianggap sebagian pihak sebagai simbol keterlibatan langsung pejabat dalam penanganan krisis. Hal ini dianggap penting, mengingat banyak korban yang menghadapi kesulitan akses pangan dan kebutuhan dasar sehari-hari.

Namun, kritik terhadap aksi ini tak kalah keras. Beberapa pihak menilai momen tersebut dimanfaatkan untuk memperkuat citra politik Zulhas dan PAN di tengah kritik yang menyoroti kebijakan kehutanan masa lalu dan isu bencana di Sumatera. Netizen juga menyoroti bahwa potongan video di media sosial mudah dibaca sebagai aksi dramatis untuk memikat opini publik. Dalam konteks ini, tindakan yang sebenarnya tulus bisa disalahtafsirkan sebagai pencitraan.

Persoalan ini menunjukkan kompleksitas interaksi antara kepedulian pejabat, persepsi publik, dan media sosial. Dalam era digital, setiap tindakan pejabat bisa cepat viral dan menimbulkan opini beragam, baik positif maupun negatif. Hal ini menekankan pentingnya pendekatan cermat dari publik sebelum menilai motif, serta perlunya pejabat menyeimbangkan tindakan nyata dan komunikasi publik.

Secara keseluruhan, aksi Zulkifli Hasan memanggul karung beras di lokasi bencana merupakan peristiwa yang menyita perhatian publik karena memunculkan pertanyaan klasik: apakah ini murni aksi kemanusiaan atau juga sarana pencitraan politik? Jawabannya tetap bergantung pada persepsi masyarakat dan konteks situasi yang ada. Terlepas dari kontroversi, momen ini setidaknya menunjukkan keterlibatan langsung seorang pejabat tinggi di tengah bencana, yang jarang terjadi di Indonesia.

Di masa depan, pengawasan, evaluasi, dan komunikasi transparan dari pemerintah akan tetap menjadi kunci agar setiap aksi serupa bisa diterima masyarakat dengan jelas motif dan manfaatnya. Sementara itu, video Zulhas memanggul beras tetap menjadi bahan diskusi, baik sebagai simbol empati maupun sebagai contoh dinamika opini publik di era media sosial.